Sunday, 27 May 2012

Gedung Kesenian Jakarta - Jakarta International Performing Arts Festival 2012

PROGRAM JUNI 2012
The 11th IDF: Jakarta International Performing Arts 2012

www.indonesiadancefestival.org

Sabtu, 2 Juni 2012, pkl. 20.00 WIB | Saturday, June 2, 2012 – 8 p.m.
Anter Asmorotedjo (Jogyakarta – Indonesia)
“KISS”

“Kiss” merupakan sebuah ungkapan kasih sayang seorang ibu pada anaknya, sebagai seorang berada jauh dari tanah kelahirannya. Ketika seseorang berada jauh dari tanah kelahiran muncul perasaan rindu padanya.
Anter Asmorotedjo, penerima grant dari Asian Cultural Council untuk berpartisipasi dalam American Dance Festival di Durham, North Carolina, Amerika Serikat, di mana beliau belajar tari dengan beberapa Koreografer tari Kontemporer maupun tari Modern. Sampai saat ini sudah 50 karya lebih telah dipentaskan, dan beberapa karyanya dipentaskan di luar negeri, antara lain Amerika Serikat dan Rusia.

“Kiss” is an expression of love of a mother to her child, as a person who is being away from their homeland. When someone is away from the birth land brought the sense of longing to it.
Anter Asmorotedjo, grant recipient of the Asian Cultural Council for participating in American Dance Festival in Durham, North Carolina, USA, where he studied dance with contemporary and modern dance choreographers. Up to now, there are over 50 dance works of him, several of them are performed overseas; USA and Russia.

Danang Pamungkas (Solo – Indonesia)
“BEAT”

“Beat” adalah sebuah proses pencarian antara tubuh dan musik. Pemahaman esensi dari setiap gerakan, body release, serta body kontak dengan partner.
Danang Pamungkas bergabung di Cloud Gate Dance Theater, Taiwan yang dipimpin oleh koreografer Lin Hwai Min (2008–2011).Peraih Hibah Kelola 2011 untuk Karya inovatif ini pernah terlibat dalam berbagai pertunjukan tari antara lain di Singapore Art Mart (2005), pergelaran di Belgia, Amsterdam, Austria (2007), dengan Gunawan Muhamad (Tan Malaka–2011), serta Sardono W Kusumo (Hutan Plastik–2003 dan Opera Diponegoro–2011).
“Beat” is a search process between the body and the music. Understanding the essence of each movement, body release, and body contact with a partner.
Danang Pamungkas has joined Cloud Gate Dance Theatre, Taiwan with lead choreographer Lin Hwai (2008-2010), recipient of Kelola Grants 2011 for Innovative Works, has been involved in various dance performances among others in Singapore Art Mart (2005), performance di Belgia, Amsterdam, Austria (2007), with Gunawan Muhamad (Tan Malaka–2011), also Sardono W Kusumo (Hutan Plastik–2003 and Opera Diponegoro–2011).

Siti Ajeng Soelaeman (Jakarta – Indonesia)
“Baju Kini”

bagian nyata dari baju; Dia adalah pelindungku....
Pelindung dari angin, hujan, dan terik matahari. Membuatku selalu nyaman, Hangat dan percaya diri.
Aku merawat bajuku dengan kasih sayang, kulipatnya dan kususunnya dengan rapih di dalam lemari.
yaah begitulah diriku dengan baju-bajuku yang menemani tubuhku...

Mungkin seperti halnya semua manusia, memerlukan seseorang yang mau memahami dirinya, merawatnya dengan penuh kasih sayang.

“Baju Kini” (versi Jepang) pernah dipertunjukkan secara kolaboratif bersama dua penari Jepang di acara Kobe Asian Contemporary Dance Festival 19,20 Februari 2012, saat Ajeng terpilih dalam program Residensi DanceBox di Kobe, Jepang.

real part of the dress; it is my shield….
Protect me from the wind, rain, and sun. Always makes me comfortable, warm and confident.
I treat my clothes with affection; I fold and arrange them neatly into the closet.
Well, that’s me with my clothes who accompanied my body…

Perhaps like all humans, need someone to understand and taking care of them with love and tender.

‘Baju Kini’ (Japan version) has been performed collaboratively with two Japanese dancer in the event Kobe Asian Contemporary Dance Festival in February 2012, when Ajeng was selected for DanceBox Residency Program in Kobe, Japan

Zan Yamashita (Japan)
“Sailors”
Supported by Japan Foundation

“Sailors” dipentaskan di rakit besar di panggung, yang dapat mengguncang dan berbalik di bawah beban penari di atasnya. Selain untuk membangun metode koreografinya sendiri, Yamashita mencoba untuk mengambil sifat manusia. Suatu tantangan untuk menciptakan tarian dalam suatu suasana yang tidak stabil, berdasarkan kemustahilan untuk mereproduksi dan mengulangnya. Percobaan mengenai koreografi kebebasan dan pembatasan dalam karya ini mengarah ke karya berikutnya, yaitu “Animal Theatre”

‘Sailors’ is performed on a big raft on the stage, which can be rocked and turned under the weight of dancers on it. As well as to build up an own choreographic method, Yamashita tries to retrieve human nature. A challenge to create a dance in an unstable setting, premised on impossibility to reproduce and repeat it. The experiments about choreographing freedom and restriction in this piece leads to his next one, ‘Animal Theatre’.
www.zanyamashita.com

--------------------------------------------------------------------------------------------
The 11th IDF: Jakarta International Performing Arts 2012
Senin, 4 Juni 2012, pkl. 20.00 WIB | Monday, June 4, 2012 – 8 p.m.
Fitri Setyaningsih (Jogyakarta – Indonesia)
“Bintang Hening”
“Bintang Hening”, dalam lubang bahasa, semua yang di luar bumi, angkasa, semesta, seperti debu-debu keheningan yang melekat dalam dirinya. Aku, kita, seperti bisa melihat keheningan itu. Selalu bersama gumpalan-gumpalan awan putih, biru, kelabu dan hitam yang menyimpan air. Perubahan terus-menerus seperti cara waktu bernapas.
Setelah selesai studi di ISI, Fitri mengikuti berbagai workshop tari di dalam maupun di luar negeri: London, Dubai, Abu Dhabi. Di Indonesia Fitri pernah mengikuti workshop tari Pappa Tarahumara, penari butoh Yukio Waguri dari Jepang, serta Tony Yap. Tahun 2010, Fitri, yang karya-karyanya kerap mempertanyakan konvensi tari dan rajin mencari “tubuh” tari yang lain.

“Bintang Hening”, in a hole of language, everything beyond the earth, space, universe, like the dust of silence being inherent in it. I, We, seem can see the silence. Always together with the clouds lump of white, blue, grey and black clouds which hold water. keep changing like the way of time to breathe.
After completion of studies at ISI, Fitri has participated in various dance workshop locally and overseas: London, Dubai, Abu Dhabi. In Indonesia, Fitri has attended the workshop of Pappa Tarahumara dance, and with butoh dancer Yukio Waguri from Japan, also with Tony Yap. In 2010, Fitri, whose danceworks have often questioned of dance convention and diligently search for the ‘body’ of other dance.


Hartati (Jakarta – Indonesia)
SERPIHAN. JEJAK. TUBUH.

Dalam Serpihan. Jejak. Tubuh., Hartati mengunjungi kembali dua karya terdahulu berjudul “Suap” (1997) dan “Membaca Meja” (2002). Jika “Suap” diciptakan untuk menanggapi situasi politik Indonesia yang saat itu dilanda krismon, maka “Membaca Meja” adalah renungan diri tentang dilema pribadi. Tak sengaja, kedua karya ini mendiskusikan kekuasaan dalam dimensi dan manifestasinya yang berbeda (sosial/nasional dan ruang pribadi) serta mempertanyakan kemungkinan negosiasi ketika individu harus menghadapi situasi serumit itu. Hartati meminjam properti tematik yang digunakan dalam dua karya terdahulu di atas - piring, meja dan kursi - namun kini ia memaknai kembali obyek-obyek tersebut melalui eksplorasi dengan lima penari yang telah menjadi mitra kolaborasi cukup lama. Hasilnya adalah kelebatan tiga penggalan sketsa tentang situasi sehari-hari, namun diwarnai letupan dan tikungan tak terduga selayaknya terjadi dalam kehidupan saat ini.
In ‘Serpihan. Jejak. Tubuh.’, Hartati revisits two earlier works entitled ‘Suap’ (1997) and ‘Membaca Meja’ (2002). If ‘Suap’ was created to respond to the current political situation in Indonesia which was hit by monetary crisis, then ‘Membaca Meja’ was about self-reflection of personal dilemma. Accidentally, both dance works discuss the power in dimension and different manifestation (sosial, national and personal space), also questioning the possibility of negotiation when the individual has to face the complicated situation. Hartati borrows thematic property which has been used in the two previous dance works – plates, tables, chairs- but now she reinterpret those objects through explorations with five dancers who has been collaboration partners since long. The result is a flash of three pieces of sketches of daily life, but colored by a small bang and unexpected twists like the one that happen in life.

--------------------------------------------------------------------------------------------------
The 11th IDF: Jakarta International Performing Arts 2012
Rabu, 6 Juni 2012, pkl. 20.00 WIB | Wednesday, June 6, 2012 – 8 p.m.

Nacera Belaza ( Perancis – Aljazair) “ Le Temps scellé ”
Supported by Institut Français Indonesia
Abstrak dan mempunyai hubungan yang dalam dengan sebuah aliran spiritual, berusaha menyentuh jiwa. Semangat tariannya berubah seketika menjadi pertemuan.
Nacera Belaza, lahir di Aljazair, sekarang tinggal serta bekerja di Paris dan Aljazair, selepas mempelajari sastra dan film Prancis, koreografer dan penari, beliau memilih tari sebagai media untuk mengekspresikan kepekaan estetisnya
Nacera Belaza akan menampilkan dua pertunjukan yang diproduksi bersama oleh Biennale de la Danse de Lyon dan Festival d’Avignon, dua ajang penting tari kontemporer dunia: “Le Temps scellé“, dibuat pada Biennale de Lyon tahun 2012 dan dua tarian solo, yang akan ditampilkan di Jakarta dan Surabaya pada pra pertunjukan perdana Festival d’Avignon 2012

Abstract and has a deep relationship with a spiritual stream, and tries to touch the soul. The spirit of the dance is changed immediately into a meeting.
Nacera Belaza, born in Algeria, now lives and works in Paris and Algeria, after studying French literature and film, choreography and dance, she choose dance as a medium for expressing aesthetic sensibilities.
She will presents two performances that are jointly produced by the Biennale de la Danse de Lyon and Festival d’Avignon, two important arena in the world of contemporary dance: ‘Le Temps scellé’, created for the Biennale de Lyon in 2012, and two solo dances, which will be performed in Jakarta and Surabaya for the pre-premiere of Festival d’Avignon 2012

www.cie-nacerabelaza.com

---------------------------------------------------------------------------------------------------

The 11th IDF: Jakarta International Performing Arts 2012

Jumat, 8 Juni 2012, pkl. 20.00 WIB | Friday, June 8, 2012 – 8 p.m.

Arco Renz/Kobalt Works (Belgia) & Amrita Performing Arts (Kamboja)
“Crack”
Supported by The Goethe Institut
“Crack” menjalani bentuk koreografi yang menyesuaikan ulang suatu tari klasik Khmer, pengaturan baik pikiran dan tubuh menjadi surut dan mengalirkan kebebasan serta kendali. Etos “mengetahui diri sendiri adalah lebih baik melalui tindakan yang sulit” menjadi filosofi dalam menegosiasi peran diri sendiri di dalam fungsi masyarakat. Meradikalisasi tradisi dengan maksud untuk mengungkapkan tanda pribadi. Selalu agak tidak stabil, belum selesai dan proses magnetik.

Koreografer Arco Renz bekerja sama dengan enam penari Phnom Penh yang berbasis di Amrita Performing Arts, secara fisik menerjemahkan kondisi-kondisi baru kehidupan mereka ke dalam parameter tari waktu, ruang dan energi tubuh. Menjelajahi tema kemunculan diri dari isolasi menuju integrasi dalam kompleksitas dunia kontemporer, karya ini menggambarkan dan menjelaskan melalui tari kontemporer, musik tari dan performance, zeitgeist suatu negara yang telah berubah. Hal ini juga merenungkan hubungan antara tradisi dan kekinian ketika dihadapkan pada latar masa lalu dan lingkungan sosial saat ini.

‘Crack’ undergoa choreographic formation that recalibrates classical Khmer dance, setting both mind and body into ebbs and flows of freedom and control. The ethos of ‘knowing oneself better through the act of difficult labour’ becomes a philosophy in negotiating the role of self within the function of community. Radicalising tradition by the means of revealing the personal signature. Always somewhat an unstable, unfinished and magnetic process.

Choreographer Arco Renz working closely with six dancers from Phnom Penh based Amrita Performing Arts to physically translate the experience of these new conditions into the dance parameters of time, space and physical energy. Exploring the themes of emergence from isolation towards integration in the complexities of the contemporary world, this work ascribes and describes through contemporary dance, music and performance, the zeitgeist of a transformed country. It also contemplates the relationship between tradition and the contemporary, set against the backdrop of the past and the current social milieu.

www.kobaltworks.be dan www.amritaperformingarts.org

----------------------------------------------------------------------------------------------

Jakarta Anniversary Festival X – 2012
13 – 28 Juni 2012

Rabu – Kamis, 13 & 14 Juni 2012, pkl. 20.00 WIB | Wednesday & Thursday, June 13 - 14, 2012 – 8 p.m.

Sirkus Kontemporer Camille Boitel
“ L’Immédiat “

Création : Camille Boitel Sur scène: Marine Broise, Aldo Thomas, Camille Boitel, Pascal Le Corre,
Thomas Debroissia, Jacques-Benoît Dardant et Marion Lefevre Assistante : Alice Boitel,
Construction : Benoît Finker (et lumière), Martin Gautron, Martine Staerk, Thomas de Broissia, Jérémie Garry, Marine Hunot

Camille Boitel yang pernah berpartisipasi dalam Printemps Français 2005 lewat pertunjukan perdananya, “L’Homme de Hus”, menjalin hubungan yang istimewa dengan STSI Bandung.
Kembali datang ke Indonesia dalam rangka Printemps Français, Camille Boitel lebih memilih untuk berbagi dan mereproduksi karya terakhirnya “L’Immédiat” bersama mahasiswa STSI Bandung daripada mempertunjukkannya sendirian. Untuk itu, mereka akan tinggal dan bekerja selama enam minggu di Bandung.
Versi Prancis-Indonesia dari “L’Immédiat” akan dikreasikan di STSI untuk kemudian ditampilkan di Gedung Kesenian Jakarta pada pembukaan Festival Ulang Tahun Kota Jakarta.

Camille Boitel took part in Printemps Français in 2005 with his first production, “L’Homme de Hus”, and in doing so created a special bond with STSI Bandung.
On his return to Indonesia as part of this year’s Printemps Français, rather than simply performing his most recent production ‘L’Immédiat’ in the same way as it was put on in France, Camille Boitel will take on a program that allows him to pass on and share his knowledge. His company will spend six weeks in Bandung restaging the show with students from STSI.
The Franco-Indonesian version of ‘L’Immédiat’ will be recreated at STSI and performed at Gedung Kesenian Jakarta to open the Jakarta Anniversary Festival.


Terselenggara atas kerjasama dengan Institut Français Indonesia (IFI)
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Jumat, 15 Juni 2012, pkl. 20.00 WIB | Friday, June 15, 2012 – 8 p.m.

Septian Dwicahyo Studio “Fun to Mime”
Sedikit Bicara, Banyak Hiburan
Karya & Sutradara: Septian Dwicahyo

Pemain Utama : Septian Dwicahyo
Pantomimer Cilik (Hut Jakarta) : SDC Studio ; Dira, Kevin, Bram, Rafi, Diva, Hayes, Oty, Kemal, Hanif
Pantomimer Song : JokJoker, Girlly
Pantomimer Tap Dance : Louise Lie
Pantomimer Sound Efek : Banon Gautama
Humanoid : Sally, Zula
Design Animation: BLACKBOX & TEAM

FUN TO MIME adalah pertunjukkan seni Pantomim yang dipadukan dengan unsur seni lainnya, sehingga seni pantomim dikembangkan menjadi lebih ringan dan menghibur. Adapun seni pantomim klasik yang akan dibawakan Septian Dwicahyo diantaranya; 3 Pahlawan, Boneka-boneka, Remaja dan karya terbarunya dengan memadukan unsur teknologi Audio Visual serta didukung oleh penampilan para Pantomimer generasi muda.

FUN TO MIME is an arts performance of mime that are combined with another artistic element, so that it develop into more light and entertaining. The art of classic pantomime will brought to you by Septian Dwicahyo, among others: 3 Heroes, Dolls, Teenager, and his latest works by combining elements of audio visual technology also supported by the pantomimer of the younger generations.

----------------------------------------------------------------------------------------------------
Sabtu, 16 Juni 2012, pkl. 20.00 WIB | Saturday, June 16, 2012 – 8 p.m.

Yayasan Retno Dhumilah
“Keroncong Ibukotaku”

Menampilkan:
KOES HENDRATMO* , AJUL JIUNG, ZEE ZEE SHAHAB, MAXI , PRASANTI ANDRINI,
BONDAN PRAKOSO & FADE 2 BLACK diiringi oleh KERONCONG TUGU CAFRINHO

Dalam rangka memperkenalkan keroncong kepada remaja ibukota saat ini, melalui lirik lagu keroncong yang disusun oleh penciptanya, yang menggambarkan suasana alam dan masyarakat mewakili zamannya, sehingga melalui lagu – lagu keroncong, kita akan dibawa untuk menikmati gambaran sepenggal sejarah Ibukota, sejak zaman sebelum datangnya bangsa – bangsa Eropa ke Nusantara, sewaktu Jakarta pada abad 13 - 14 – 15 bernama Sunda Kelapa, kemudian pada tahun 1527 diberi nama Jayakarta oleh Fatahillah dan pada tahun 1617 oleh Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieter Zoen Coen diganti nama menjadi Batavia sampai dengan masa pendudukan Jepang ( 1942 - 1945 ) pada tahun 1945, sejak proklamasi kemerdekaan berganti nama sebagai Jakarta sampai saat ini.

LAGU:
Rayuan Pulau Kelapa, Kicir – kicir, Fadho, Si Jali Jali, Moresco, Als de Orchideien Bloeien (Bila Bunga Anggrek Berkembang), Bandar Jakarta, Keroncong Kemayoran, Surilang Jot–enjotan, Keroncong Pertemuan, Semusim, Sepasang Mata Bola, Melati di Tapal Batas, Juwita malam, Sapu Lidi, Nonton Bioskop, Sirih Kuning,
Potong Padi, Indonesia Pusaka

----------------------------------------------------------------------------------------------------

Jumat, 22 Juni 2012, pkl. 20.00 WIB | Friday, June 22, 2012 – 8 p.m.

Teater Aquila “Jomplang”

Karya: Danisa Nurfira
Sutradara: Rik A Sakri

Pemain: Nining Soemarmo,UQ Daeng Nyonyo, Elis, Andi Bersama, Lulu, Bobby Kardi, Tugi, Toyib, Ojie, ireng, Toto Prawoto, Yus Nabang, Mukri Baher, Manto

Unfair, itu bahasa Baratnya, bahkan waktu kita menyebut, unfair sebagai bahasa lain dari kata jomplang, kitapun merasa JOMPLANG. Tidak perlu buka mata buka pikiran terlalu lama, di negeri kita, kita bisa merasakan ke-jomplang-an. Tapi kalaupun kamu atau kalian berkeinginan buka mata dan pikiran lebih lama, maka negeri ini bukan lagi mengalami situasi Jomplang itu sendiri; lebih dari itu.....
Unfair, that’s more or less the translation of Jomplang. Even though when we said unfair as another words from Jomplang, we already feels unfair. No need to open our eyes and mind too long, in our land, we can feel the unfairness. But if you still want to do it, then this country no longer experience the situation of the unfair; it’s more than that….


---------------------------------------------------------------------------------------------------
Rabu, 27 Juni 2012 Pkl. 20.00 WIB | Wednesday, June 27, 2012 – 8 p.m.
Konser Musik dikDoank & Kandank Jurank Doank
“Main”
KANDANK JURANK DOANK adalah sebuah KOMUNITAS KREATIVITAS anak-anak yang terletak di Ciputat, Tangerang Selatan. Mereka mengasah ilmu dan mengolah rasaNYA melalui SENI sambil belajar mengerti tentang keindahan melalui kehidupan di alam semesta termasuk alunan irama nada.
Konser ini adalah hasil memahami bahwa seni adalah jalan kebenaran untuk menemuiNya. Melalui konser musik “MAIN” semoga kita semakin memahami arti sebuah makna kehidupan di dalam kebersamaan di semesta bersama orang-orang yang kita cintai.
KANDANK JURANK DOANK is a community of children’s creativity, that located in Ciputat, South Tangerang. They shape their knowledge and develop their sense through the ART while at the same time learning how to understand the beauty of life in the universe, including the strains of the rhythm and tone.
This concert is a result of understanding that art is the true path to meet HIM. Through this music concert ‘MAIN’ [main means: (to) play], may we increasingly understand the meaning of life in togetherness within the universe, along with the people we love.

---------------------------------------------------------------------------------------------------
Kamis, 28 Juni 2012, pukul 19.30 WIB | Thursday, June 28, 2012 – 8 p.m.
Teater GETAPRI “NURBANAH”
Karya: Asmara GT
Sutradara: Siti Artati

Pemain: Karina Ranau, Epy Kusnandar, Irna Jupe, Emi Lemu, Silvia Corry, Tantri Pertiwi Siregar, S.S. , Epy S. Pradipta, Endah Moerty, Iphie Lubis, Swartiningsih, Amasita Setiawati, Achell Manyo, Sisca Polii, Mae Sarah, Desi Caesar, Erthalia
Sebuah kisah mengenai seorang perempuan yang harus membela harga dirinya dan menyadarkan perempuan-perempuan di sekitarnya untuk menjadi diri sendiri.
A story about a woman ho has to defend her pride and awaken the women within her surrounding to be themselves.

----------------------------------------------------------------------------------------------------
Sabtu – Minggu, 30 Juni & 1 Juli 2012 , pkl 19.30 | Saturday – Sunday, June 30 & July 1, 2012 – 7.30 p.m.
Hanief Palopo Guitar
Indonesia International Earth Concert

Sabtu, 30 Juni 2012, pkl. 19.30 WIB
Saturday, June 30, 2012 – 7.30 p.m.
SPANISH & LATIN THEME
Featuring:
Ully Sigar Rusady
Benny M Tanto
Rahmat Raharjo
Cendekia Raihan Al Baruni
Andrew Jonathan
David Sylvester
Opus Quin
Ensemble Guitar Opus 78
Minggu, 1 Juli 2012, pkl. 19.30 WIB
Sunday, July 1, 2012 – 7.30 p.m.
GUITAR EXTRAVAGANZA
Featuring:
Yutthasak Komjornkijborworn, Pongpat Pongpradit (Thailand)
Tomonori Arai (Japan)
Leon Koudelak)Czech
Zulkifly M. Noor (Singapore)
Christopher Mallett & Robert Miller (San Fransisco, USA)
OPUS QUIN (Indonesia)
ENSEMBLE GUITAR OPUS 78 (Indonesia)

---------------------------------------------------------------------------------------------
Informasi Pertunjukan & Tiket Gedung Kesenian Jakarta:
Email: tiket@gedungkesenianjakarta.co.id, info@gedungkesenianjakarta.co.id

No comments:

Post a Comment